Minggu, 22 April 2012

komunikasi dalam keperawatan


KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
A.    PENGERTIAN
Organisasi  atau  Organization atau bersumber  dari  kata kerja bahasa Latin Organizare !  to  form as or into  a  whole consisting  of  interdependent or coordinated   parts  [membentuk   sebagai   atau menjadi   keseluruhan   dari   bagian- bagian yang saling bergantung atau terkoordinasi] Evert M.
Rogers dan Rekha Agarwala Rogers dalam bukunya Communications in Organization "a stable system of individuals who work togather to achieve, through a  hierarchy of ranks and division of labour, common goals" [Suatu    sistem   yang   mapan     dari  mereka    yang   bekerja   sama    untuk   mencapai     tujuan bersama, melalui suatu jenjang kepangkatan dan pembagian tugas] Robert      Bonnington      dan    Berverd     E.    Needles,      Jr.  dalam     bukunya     Modern
Business : A Systems Approach
Organization   is   the   means   by   which   management   coordinates   material   and   human   resources through   the   design   of   a   formal   structure   of   tasks   and   authority [Organisasi   adalah   sarana dimana manajemen mengkoordinasikan sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola struktur formal dari tugas-tugas dan wewenang]
Ditinjau dari aspek Business, organisasi adalah sarana manajemen [ditinjau dari aspek kegiatannya, bukan struktur].
"    Tujuan organisasi TIDAK MUNGKIN tercapai tanpa manajemen.
"    Manajemen   TIDAK   MUNGKIN   ada   tanpa   organisasi.   Manajemen   ada,   jika ada tujuan yang akan dicapai atau diselesaikan.
Korelasi antara Ilmu Komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang   terfokus   kepada   manusia-manusia   yang   terlibat   dalam   mencapai   tujuan organisasi.
"    Bentuk komunikasi apa yang terjadi
"    Metode dan teknik apa yang dipakai
"    Media apa yang dipakai
"    Bagaimana prosesnya, dan faktor apa saja penghambatnya
Tujuan    utama   dalam   mempelajari   komunikasi    adalah   memperbaiki    organisasi.  Memperbaiki organisasi    biasanya    ditafsirkan  sebagai   “memperbaiki      hal-hal    untuk   mencapai    tujuan manajemen”.      Dengan   kata  lain,  orang  mempelajari    komunikasi   organisasi  organisasi   untuk menjadi   menajer    yang  lebih  baik.   Sebagian   penulis  berpendapat  bahwa   manajemen   adalah komunikasi.    Seringkali  teori  tradisional  dan  petunjuk   mengenai    organisasi  dan   komunikasi organisasi   ditulis   dari   suatu   perspektif   manajerial   dan   sangat   menekankan   suatu   pandangan obyektif.
Karenanya,   saya   memandang   studi   komunikasi   organisasi   sebagai   landasan   kuat   bagi   karier dalam   manajemen,   pengembangan   sumber   daya   manusia,   dan   komunikasi   perusahaan,   dan tugas-tugas lain yang berorientasikan manusia dalam organisasi.

B.     DEFINISI FUNGSIONAL KOMUNIKASI ORGANISASI
Komunikasi Organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis      antara      yang     satu    dengan       lainnya     dan     berfungsi      dalam      suatu lingkungan.
Garis yang putus- putus    melukiskan    gagasan    bahwa    hubungan-hubungan        ditentukan   secara   alami;  hubungan- hubungan   itu   juga   menunjukkan   bahwa   struktur   suatu   organisasi   bersifat   luwes   dan   mungkin berubah sebagai respons terhadap kekuatan-kekuatan lingkungan yang internal dan eksternal.
Komunikasi   organisasi   terjadi   kapan   pun,   setidak-tidaknya   satu   orang   yang   menduduki   suatu jabatan    dalam   suatu   organisasi   menafsirkan    suatu    pertunjukkan.    Karena   fokusnya    adalah komunikasi      di  antara    anggota-anggota      suatu   organisasi.    Analisi   komunikasi    organisasi menyangkut penelaahan atas banyak transaksi yang terjadi secara simultan.

C.    UNIT KOMUNIKASI
Suatu sistem didefinisikan oleh   Pool   [1973] sebagai “setiap   entitas   berkelanjutan   yang   mampu berada   dalam   dua keadaan  atau   lebih”   .   Dalam   suatu   sistem   komunikasi,  keadaan  itu   adalah hubungan   antara   orang-orang.   Dalam   suatu   sistem komunikasi  organisasi keadaan   tsb   adalah hubungan antara orang-orang dalam jabatan-jabatan [posisi-posisi]  . Unit mendasar komunikasi organisasi   adalah   seseorang   dalam   suatu   jabatan.   Orang   bisa   disosialisasikan   oleh   jabatan, menciptakan suatu lingkaran yang lebih sesuai dengan keadaan jabatan, pada saat yang sama jabatan    tsb  dipersonalisasikan,   menghasilkan     suatu   figur  atau  gambar    yang  sesuai   dengan keadaan orang tsb.
Bila kita melihat apa yang terjadi ketika seseorang terlibat dalam komunikasi, kita menemukan bahwa terdapat dua bentuk umum tindakan yang terjadi :

1.      Penciptaan   pesan   atau,   lebih   tepatnya,   penciptaan   pertunjukkan  [to  display menurut Random House Dictionary of The English Language 1987 : anda membawa sesuatu untuk diperhatikan seseorang atau orang lain; menyebarkan seseuatu sehingga sesuatu tsb dapat terlihat secara lengkap dan menyenangkan] .
2.      Penafsiran   pesan   atau   penafsiran   pertunjukkan  [to   intepret   :   menguraikan   atau memahami sesuatu dengan suatu cara tertentu].

D.    PROSES KOMUNIKASI ORGANISASI
1.      KOMUNIKASI INTERNAL
Pertukaran gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan, dalam   struktur   lengkap   yang   khas   disertai   pertukaran   gagasan   secara   horisontal   dan vertikal   di   dalam   perusahaan,   sehingga   pekerjaan   berjalan   [operasi   dan   manajemen]
Dua dimensi komunikasi internal :
a.      KOMUNIKASI VERTIKAL ! Komunikasi dari pimpinan ke staff, dan dari staf ke pimpinan dengan cara timbal balik [two way traffic communication].
 "   Downward         Communication        !      komunikasi      atas    ke    bawah.     Contoh pimpinan memberikan instruksi, petunjuk, informasi, penjelasan, perintah, pengumuman, rapat, majalah intern.
 "   Upward communication ! dari bawah ke atas. Contoh staf memberikan laporan, saran-saran, pengaduan, kritikan, kotak saran, dsb kepada pimpinan.
Hambatannya adalah apabila saluran komunikasi dalam organisasi  tidak berjalan atau digunakan sebagaimana mestinya, karena hal ini berpengaruh terhadap operasional organisasi [perusahaan].
Organisasi terdiri atas sejumlah orang; melibatkan keadaan saling bergantung; kebergantungan memerlukan koordinasi; koordinasi mensyaratkan komunikasi. Interkasi   antara   pimpinan   organisasi [top   manajer   dengan   middle   manager] dengan audience di luar organisasi.
Manajer = pemimpin organisasi [swasta, BUMN atau pemerintah] peranannya dapat berpengaruh terhadap internal public [karyawan] dan external public [di  luar organisasi, tetapi ada pengaruhnya]
1)      Peranan Antarpersona [Interpersonal Role]
"    Peranan Tokoh [figurhead role]
"    Peranan Pemimpin [leader role]
 "    Peranan Penghubung [liaison role]
2)      Peranan Informasional [Informational Role]
 "    Peranan Monitor [monitor role]
 "    Peranan Penyebar [disseminator role]
 "    Peranan Jurubicara [spokesman role]
3)      Peranan Memutuskan [Decisional Role]
 "    Peranan Wiraswasta [enterpreneur role]
 "    Peranan Pengendali Gangguan [distrurbance handler role]
 "    Peranan Penentu Sumber [resource allocator role]
" Peranan Perunding [negotiator role]

MODEL PROSES KOMUNIKASI ANTAR-PRIBADI
JOHARI'S WINDOW

I
OPEN AREA
Known by ourselves and known by others
II
BLIND AREA
(blindspot)
Known by other, not known by ourselves
III
HIDDEN AREA
(Tedeng aling-aling /façade)
Known by ourselves but not
known by other
IV
(tidak diketahui)
Not known by ourselves and not known by other
                        Diketahui disri sendiri                tidak diketahui diri sendiri
Prof . Harry Ingham and Joseph Luft ., Of Human Interaction, National Press Books, Palo Alto California, 1969.

2.      KOMUNIKASI HORISONTAL  = komunikasi mendatar, antara anggota staf.
dengan   anggota   staf.     Berlangsung   tidak   formal,    lain   dengan   komunikasi vertikal yang formal.  Komunikasi      terjadi  tidak  dalam    suasana    kerja  !   employee      relation  dan sering timbul rumours, grapevine, gossip.

3.      KOMUNIKASI DIAGONAL [CROSS COMMUNICATION]
Komunikasi antara pimpinan seksi/bagian dengan pegawai seksi/bagian lain.
a.       KOMUNIKASI EKSTERNAL
Komunikasi antara pimpinan organisasi [perusahaan] dengan khalayak audience di luar organisasi.
"    Komunikasi dari organisasi kepada khalayak ! bersifat informatif  Majalah,  Press   release/    media   release,   Artikel   surat   kabar   atau majalah, Pidato, Brosur, Poster, Konferensi pers, dll
 "    Komunikasi dari khalayak kepada organisasi
Komunikasi Kolaboratif dalam Organisasi Bisnis
To meet the challenge in the workplace today requires.
Setiap staf pada bagian manapun seharusnya :
1)      Relationship Oriented ! Networking ! sinergi
2)      Service Focused ! berpikir pada pelayanan
3)      Customer Commited ! mempunyai komitmen pd pelanggan
4)      Facilitative [media saluran/pendukung]
5)      Forward Thinking ! berpikir kedepan
6)      Value Added [nilai tambah ! selalu berusaha mengupdate kemampuan komunikasi]
7)      Team Driven [serba tim] and leaders [mampu tampil sebagai pemimpin]

E.     HAMBATAN KOMUNIKASI
1.      Hambatan Teknis
Keterbatasan fasilitas dan peralatan komunikasi. Dari sisi teknologi, semakin berkurang  dengan     adanya  temuan baru  dibidang kemajuan teknologi komunikasi   dan   informasi,   sehingga   saluran   komunikasi   dapat   diandalkan dan efesien sebagai media komunikasi. Menurut Cruden dan Sherman dalam bukunya Personel Management, 1976, jenis hambatan teknis dari komunikasi :
1.      Tidak adanya rencana atau prosedur kerja yang jelas
2.      Kurangnya informasi atau penjelasan
3.      Kurangnya ketrampilan membaca
4.      Pemilihan media [saluran] yang kurang tepat.

2.      Hambatan Semantik
Gangguan semantic menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian  atau  idea   secara secara efektif. Definisi   semantik   sebagai   studi atas pengertian, yang diungkapkan lewat bahasa.
Kata-kata      membantu        proses    pertukaran     timbal    balik  arti  dan    pengertian [komunikator   dan   komunikan],   tetapi   seringkali   proses   penafsirannya   keliru. TIDAK   ADANYA   hubungan   antara   Simbol   [kata]   dan   apa   yang   disimbolkan[arti   atau   penafsiran], dapat mengakibatkan  kata  yang   dipakai    ditafsirkan  sangat berbeda dari apa yang dimaksudkan sebenarnya.
Untuk menghindari  mis komunikasi semacam ini,  seorang komunikator HARUS memilih kata-kata yang tepat sesuai dengan karakteristik komunikannya, dan melihat kemungkinan penafsiran terhadap kata-kata yang dipakainya.

3.      Hambatan Manusiawi
Terjadi karena adanya faktor, emosi  dan prasangka pribadi, persepsi, kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat pancaindera seseorang, dll.
Menurut Cruden dan Sherman :
a.       Hambatan yang  berasal dari perbedaan individual manusia.
Perbedaan   persepsi,   perbedaan   umur,   perbedaan   keadaan   emosi,   ketrampilan   mendengarkan, perbedaan status, pencairan informasi, penyaringan informasi.
b.      Hambatan yang ditimbulkan oleh iklim psikologis dalam organisasi.
Suasana   iklim  kerja  dapat  mempengaruhi  sikap  dan  perilaku  staf  dan  efektifitas  komunikasi organisasi.

Referensi :
1.      Pace R. Wayne and Faules, Don F, Komunikasi Organisasi, ROSDA, Bandung 2000
2.      Uchjana Effendi, Onong., Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, Remaja Rosdakarya, Bandung 1992
3.      Jiwanto, Gunawan., Komunikasi dalam Organisasi, Pusat Pengembangan Manajemen & Andi Offset, Yogyakrta 1985

Kamis, 05 Mei 2011

Maaf Suamiku… Aku Tidak Akan Menaatimu!!

Bahagia rasanya saat akad nikah terucap, saat semarak walimatul ‘urs menggema, saat tali pernikahan terikat. Saat itu telah halal cinta dua orang insan, saling mengisi dan saling melengkapi setiap harinya. Saat itu pula masing-masing pasangan akan memiliki tugas dan kewajiban baru dalam kehidupan mereka. Sang suami memiliki hak yang harus ditunaikan istrinya, dan sang istripun mempunyai hak yang harus ditunaikan oleh suaminya. Alangkah bahagianya jika masing-masing secara seimbang senantiasa berupaya menunaikan kewajibannya.

Duhai saudariku muslimah, kini aku bertanya padamu… bukankah indah rasanya jika seorang istri mematuhi suaminya, kemudian ia senantiasa menjadi penyejuk mata bagi suaminya, menjaga lisan dari menyebarkan rahasia suaminya, lalu menjaga harta dan anak-anak suami ketika ia pergi? Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidak ada perkara yang lebih bagus bagi seorang mukmin setelah bertakwa kepada Allah daripada istri yang shalihah, bila ia menyuruhnya maka ia menaatinya, bila memandangnya membuat hati senang, bila bersumpah (agar istrinya melakukan sesuatu), maka ia melakukannya dengan baik, dan bila ia pergi maka ia dengan tulus menjaga diri dan hartanya.” (HR. Ibnu Majah)
Sehingga… kehidupan rumah tangga pun akan berjalan penuh dengan kemesraan dan kebahagiaan. Yang satu menjadi tempat berbagi bagi yang lain, saling menasehati dalam ketakwaan, dan saling menetapi dalam kesabaran.
Saudariku muslimah… tulisan tentang kewajiban istri dalam mematuhi perintah suami telah banyak dibahas. Maka kini penulis akan mencoba mengetengahkan hal-hal apa saja yang tidak boleh dipatuhi oleh seorang istri di saat suaminya memerintah.
Ini Saatnya Mematuhi Perintah Suami
Diantara ciri seorang istri sholihah adalah mematuhi perintah suaminya. Yang dimaksud mematuhi perintah adalah mematuhi dalam hal yang mubah dan disyari’atkan. Jika dalam perkara yang disyari’atkan, tentu hal ini tidak perlu dipertanyakan lagi hukumnya, karena perkara yang demikian adalah hal-hal yang Allah perintahkan kepada para hamba-Nya, seperti kewajiban sholat, berpuasa di bulan Ramadhan, memakai jilbab, dan lain-lain. Maka untuk hal ini, seorang hamba tidak boleh meninggalkannya karena meninggalkan perintah Allah Ta’ala adalah sebuah dosa. Sedangkan dalam perkara yang mubah, jika suami memerintahkan kita untuk melakukannya maka kita harus melaksanakannya sebagai bentuk ketaatan kepada suami. Contohnya suami menyuruh sang istri rajin membersihkan rumah, berusaha mengatur keuangan keluarga dengan baik, selalu bangun tidur awal waktu, membantu pekerjaan suami, dan hal-hal lain yang diperbolehkan dalam syari’at Islam.
Ada Saatnya Menolak Perintah Suami
Jika dalam hal yang disyari’atkan dan yang mubah kita wajib mematuhi suami, maka lain halnya jika suami menyuruh kepada istri untuk melakukan kemaksiatan dan menerjang aturan-aturan Allah. Untuk yang satu ini kita tidak boleh mematuhinya meskipun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Kalau sekiranya aku (boleh) memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain maka akan aku perintahkan seorang wanita untuk sujud kepada suaminya.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Kita tidak boleh tunduk pada suami yang memerintah kepada kemaksiatan meskipun hati kita begitu cinta dan sayangnya kepada suami. Jika kewajiban patuh pada suami sangatlah besar, maka apalagi kewajiban mematuhi Allah, tentu lebih besar lagi. Allahlah yang menciptakan kita dan suami kita, kemudian mengikat tali cinta diantara sang istri dan suaminya. Namun perlu diketahui, bukan berarti kita harus marah-marah dan bersikap keras kepada suami jika ia memerintahkan suatu kemaksiatan kepada kita, tetapi cobalah untuk menasehatinya dan berbicara dengan lemah lembut, siapa tahu suami tidak sadar akan kesalahannya atau sedang perlu dinasehati, karena perkataan yang baik adalah sedekah.
Saudariku, berikut ini beberapa contoh perintah suami yang tidak boleh kita taati karena bertentangan dengan perintah Allah:
1. Menyuruh Kepada Kesyirikan
Tidak layak bagi kita untuk menaati suami yang memerintah untuk melakukan kesyirikan seperti menyuruh istri pergi ke dukun, menyuruh mengalungkan jimat pada anaknya, ngalap berkah di kuburan, bermain zodiak, dan lain-lain. Ketahuilah saudariku, syirik adalah dosa yang paling besar. Syirik merupakan kezholiman yang paling besar (lihat QS Luqman: 13). Bagaimana bisa seorang hamba menyekutukan Allah sedang Allah-lah yang telah menciptakan dan memberi berbagai nikmat kepadanya? Sungguh merupakan sebuah penghianatan yang sangat besar!
2. Menyuruh Melakukan Kebid’ahan
Nujuh bulan (mitoni – bahasa jawa) adalah acara yang banyak dilakukan oleh masyarakat ketika calon ibu genap tujuh bulan mengandung si bayi. Ini adalah salah satu dari sekian banyak amalan yang tidak ada contohnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Walaupun begitu banyak masyarakat yang mengiranya sebagai ibadah sehingga merekapun bersemangat mengerjakannya. Ketahuilah wahai saudariku muslimah, jika seseorang melakukan suatu amalan yang ditujukan untuk ibadah padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menyontohkannya, maka amalan ini adalah amalan yang akan mendatangkan dosa jika dikerjakan. Ketika sang suami menyuruh istrinya melakukan amalan semacam ini, maka istri harus menolak dengan halus serta menasehati suaminya.
3. Memerintah untuk Melepas Jilbab
Menutup aurat adalah kewajiban setiap muslimah. Ketika suami memerintahkan istri untuk melepas jilbabnya, maka hal ini tidak boleh dipatuhi dengan alasan apapun. Misalnya sang suami menyuruh istri untuk melepaskan jilbabnya agar mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lumayan, hal ini tentu tidak boleh dipatuhi. Bekerja diperbolehkan bagi muslimah (jika dibutuhkan) dengan syarat lingkungan kerja yang aman dari ikhtilat (campur baur dengan laki-laki) dan kemaksiatan, tidak khawatir timbulnya fitnah, serta tidak melalaikan dari kewajibannya sebagai istri yaitu melayani suami dan mendidik anak-anak. Dan tetap berada di rumahnya adalah lebih utama bagi wanita (Lihat QS Al-Ahzab: 33). Allah telah memerintahkan muslimah berjilbab sebagaimana dalam QS Al-Ahzab: 59. Perintah Allah tidaklah pantas untuk dilanggar, karena tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Sang Pencipta.
3. Mendatangi Istri Ketika Haidh atau dari Dubur
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “…dan persetubuhan salah seorang kalian (dengan istrinya) adalah sedekah.” (HR. Muslim)
Begitu luasnya rahmat Allah hingga menjadikan hubungan suami istri sebagai sebuah sedekah. Berhubungan suami istri boleh dilakukan dengan cara dan bentuk apapun. Walaupun begitu, Islam pun memiliki rambu-rambu yang harus dipatuhi, yaitu suami tidak boleh mendatangi istrinya dari arah dubur, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“(Boleh) dari arah depan atau arah belakang, asalkan di farji (kemaluan).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka ketika suami mengajak istri bersetubuh lewat dubur, hendaknya sang istri menolak dan menasehatinya dengan cara yang hikmah. Termasuk hal yang juga tidak diperbolehkan dalam berhubungan suami istri adalah bersetubuh ketika istri sedang haid. Maka perintah mengajak kepada hal ini pun harus kita langgar. Hal ini senada dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang menjima’ istrinya yang sedang dalam keadaan haid atau menjima’ duburnya, maka sesungguhnya ia telah kufur kepada Muhammad.” (HR. Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ad-Darimi dari hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)
Belajarlah Wahai Muslimah!
Demikianlah saudariku pembahasan singkat yang dapat penulis sampaikan. Sebagai penutup, mari kita ringkas pembahasan ini: Bahwa wajib bagi seorang istri untuk mematuhi apa yang diperintahkan suaminya dalam perkara yang mubah apalagi yang disyari’atkan Allah, namun tidak boleh patuh jika suami memerintahkan kemaksiatan dan yang dilarang oleh Rabb Semesta Alam.
Lalu, perkara apa sajakah yang termasuk dalam larangan Allah? untuk itu, setiap hamba wajib mencari tahu tentang syari’at Islam karena dengannya akan tercapai ketakwaan kepada Allah, yaitu melakukan yang Allah perintahkan dan meninggalkan apa yang Allah larang. Wahai para wanita muslim! Pelajarilah agama Allah dengan menghadiri majelis-majelis yang mengajarkan ilmu syar’i atau dengan menelaah buku dan tulisan para ‘ulama. Tidaklah mungkin seseorang akan mengenal agamanya tanpa berusaha mencari tahu. Dan tidak mungkin pula ilmu akan sampai kepadanya jika ia hanya bermalas-malasan di rumah atau kos, atau hanya sibuk berjam-jam berdandan di depan cermin, serta bergosip ria sepanjang waktu. Sungguh yang seperti itu bukanlah ciri seorang muslimah yang sejati. Bersegeralah melakukan kebaikan wahai saudariku, karena Allah pasti akan membalas setiap kebaikan dengan kebaikan, dan membalas keburukan dengan keburukan walaupun hanya sebesar biji sawi. Setiap anak Adam memiliki kesalahan, dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah yang senantiasa berusaha untuk memperbaiki dirinya. Wallahu ta’ala a’lam.
Referensi:
  1. Al-Qur’anul Karim
  2. Panduan Lengkap Nikah (dari A sampai Z), Abu Hafsh Usamah, Pustaka Ibnu Katsir
  3. Rahasia Sukses Menjadi Istri Shalihah, Haulah Darwaisy, Pustaka Darul Ilmi
  4. Sutra Ungu, Abu Umar Basyir, Rumah Dzikir